Analisis Kontra Narasi BNPT Dalam Menanggulangi Radikalisme Online di Masa Pandemi Covid-19
Nama Orang : | Fariz Kautsar Rahmadhani |
Subjek : | |
Penerbitan : | Jakarta : STIK Lemdiklat Polri, 2021 |
Bahasa : | |
Deksipsi Fisik : | xiv, 82 hlm : ilus : 30 cm |
Catatan Umum : | |
Lembaga Pemilik : | |
Lokasi : |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
78-2021-40 | TERSEDIA |
20.HK.FARIZ KAUTSAR.pdf :: Unduh
|
Catatan: Hanya file pdf yang dapat dibaca online
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 58760 |
Situasi Pandemi Covid-19 secara global, juga di Indonesia, mengakibatkan
ancaman timbulnya masalah sosial maupun masalah ekonomi atau dalam aspek lain.
Namun di tengah permasalahan yang timbul, terdapat permasalahan di dalam lingkup
terkecil, yaitu di dalam rumah atau telepon genggam melalui internet. Pandemi
menyebabkan hampir seluruh kegiatan dilakukan melalui remote atau jarak jauh.
Sekolah, kantor, atau kegiatan lainnya dilakukan menggunakan jaringan internet.
Penggunaan internet di Indonesia selama masa pandemi mengalami peningkatan. Di
lain sisi, ancaman paham radikalisme juga bergerak menuju dunia maya atau
menggunakan media internet sebagai saran penyebarannya. Meningkatnya kegiatan
kelompok radikal di internet di tengah masa pandemi dimana semua orang dapat
mengakses dan penggunaannya semakin meningkat menimbulkan kerawanan
tersendiri. BNPT sebagai lembaga pemerintah yang bergerak di bidang pencegahan
melakukan upaya dalam bentuk kontra narasi atau kontra radikalisasi.
Akan tetapi, pelaksanaan kontra narasi perlu disesuaikan dengan strategi dan
teknik yang tepat agar maksimal dalam pelaksanaannya. Dalam menghadapi fenomena
radikalisme yang banyak beredar di internet, tidak bisa hanya dilakukan oleh satu
lembaga pemerintahan saja. Perlunya kerjasama dan keikutsertaan berbagai pihak
menjadi poin penting dalam melakukan kontra narasi. BNPT dalam hal ini melakukan
kerjasama dengan berbagai pihak, tentunya untuk membangun pemahaman terkait
bagaimana suatu informasi seharusnya dipahami dan tidak terjadi kesalahan tafsir.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kontra narasi yang dilakukan
BNPT dalam menanggulangi radikalisme online di internet. Bagaimana strategi atau
program yang dilakukan dan apakah sudah tepat apabila ditinjau dari segi teori
komunikasi strategis.
Jenis penelitian dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan metode deskriptif
analisis. Adapun data primer langsung didapatkan dari hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Sedangkan data sekunder didapatkan dari berbagai literatur baik dari
buku, jurnal, catatan, kata-kata, gambar maupun tulisan pada saat melakukan penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontra narasi di internet yang dilakukan
BNPT sudah dilakukan dengan cara memperluas jaringan agar pesan yang disampaikan
lebih banyak menjangkau audiens. Selain itu, pelaksanaan kontra narasi juga dilakukan
dengan menggunakan suara yang kredibel untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat terkait pesan yang disampaikan. Pesan dalam kontra narasi juga dibuat
dengan pesan interaktif melalui video dan berita informatif serta bekerja sama dengan
penggiat media sosial agar lebih menarik. Namun dalam program yang dilaksanakan
masih terdapat kekurangan dan hambatan dikarenakan belum semua daerah dilakukan
kerjasama terkait penggiat agama dan sosial media, keterbatasan akun media sosial
dalam menjangkau semua masyarakat karena berkaitan dengan pengikut media sosial
tersebut, dan terbatasnya jumlah personil dalam melaksanakan program kontra
radikalisasi.
ancaman timbulnya masalah sosial maupun masalah ekonomi atau dalam aspek lain.
Namun di tengah permasalahan yang timbul, terdapat permasalahan di dalam lingkup
terkecil, yaitu di dalam rumah atau telepon genggam melalui internet. Pandemi
menyebabkan hampir seluruh kegiatan dilakukan melalui remote atau jarak jauh.
Sekolah, kantor, atau kegiatan lainnya dilakukan menggunakan jaringan internet.
Penggunaan internet di Indonesia selama masa pandemi mengalami peningkatan. Di
lain sisi, ancaman paham radikalisme juga bergerak menuju dunia maya atau
menggunakan media internet sebagai saran penyebarannya. Meningkatnya kegiatan
kelompok radikal di internet di tengah masa pandemi dimana semua orang dapat
mengakses dan penggunaannya semakin meningkat menimbulkan kerawanan
tersendiri. BNPT sebagai lembaga pemerintah yang bergerak di bidang pencegahan
melakukan upaya dalam bentuk kontra narasi atau kontra radikalisasi.
Akan tetapi, pelaksanaan kontra narasi perlu disesuaikan dengan strategi dan
teknik yang tepat agar maksimal dalam pelaksanaannya. Dalam menghadapi fenomena
radikalisme yang banyak beredar di internet, tidak bisa hanya dilakukan oleh satu
lembaga pemerintahan saja. Perlunya kerjasama dan keikutsertaan berbagai pihak
menjadi poin penting dalam melakukan kontra narasi. BNPT dalam hal ini melakukan
kerjasama dengan berbagai pihak, tentunya untuk membangun pemahaman terkait
bagaimana suatu informasi seharusnya dipahami dan tidak terjadi kesalahan tafsir.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kontra narasi yang dilakukan
BNPT dalam menanggulangi radikalisme online di internet. Bagaimana strategi atau
program yang dilakukan dan apakah sudah tepat apabila ditinjau dari segi teori
komunikasi strategis.
Jenis penelitian dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan metode deskriptif
analisis. Adapun data primer langsung didapatkan dari hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Sedangkan data sekunder didapatkan dari berbagai literatur baik dari
buku, jurnal, catatan, kata-kata, gambar maupun tulisan pada saat melakukan penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontra narasi di internet yang dilakukan
BNPT sudah dilakukan dengan cara memperluas jaringan agar pesan yang disampaikan
lebih banyak menjangkau audiens. Selain itu, pelaksanaan kontra narasi juga dilakukan
dengan menggunakan suara yang kredibel untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat terkait pesan yang disampaikan. Pesan dalam kontra narasi juga dibuat
dengan pesan interaktif melalui video dan berita informatif serta bekerja sama dengan
penggiat media sosial agar lebih menarik. Namun dalam program yang dilaksanakan
masih terdapat kekurangan dan hambatan dikarenakan belum semua daerah dilakukan
kerjasama terkait penggiat agama dan sosial media, keterbatasan akun media sosial
dalam menjangkau semua masyarakat karena berkaitan dengan pengikut media sosial
tersebut, dan terbatasnya jumlah personil dalam melaksanakan program kontra
radikalisasi.
:: Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK)
LONTAR 4 :: Library Automation and Digital Archive