Perempuan dan Politik / Siti Musdah Mulia dan Anik Farida
No. Panggil : | 320 |
Nama Orang : | Siti Musdah Mulia |
Nama Orang Tambahan : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2005 |
Bahasa : | Indonesia |
ISBN : | |
Edisi : | Cet. 1 |
Catatan Umum : | |
Catatan Bibliografi : | hal. 173 |
Catatan Seri : | |
Sumber : | |
Lembaga Pemilik : | Perpustakaan STIK |
Lokasi : | Lantai 2 |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
320 | 01-10-04609 | TERSEDIA |
320 | 01-10-04604 | TERSEDIA |
320 | 01-10-03331 | TERSEDIA |
320 | 01-14-003731 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 3881 |
Dunia politik sesungguhnya identik dengan dunia kepemimpinan. Saat berada dalam posisi sebagai pemimpin, perempuan mengalami lebih banyak hambatan ketimbang laki - laki. Mengapa? Karena perempuan harus selalu membuktikan bahwa dirinya memang pantas dan bisa diandalkan. Mari kita simak penuturan walikota perempuan pertama di San Francisco: Aku kerap dikritik atas beberapa komentar yang agak menyinggung perasaan dan selanjutnya meledak menjadi pergunjingan publik, tidak seperti laki - laki dalam posisi yang sama, yang pernyataannya seringkali berlalu tanpa tantangan. Pengalaman mengajarku bahwa kunci keberhasilan perempuan dalam jabatan pemerintahan adalah menjadi orang yang bisa di andalkan. Artinya, memberi perintah yang jelas dan mau menindaklanjuti, ememriksa kembali setiap pernyataan demi keakuratan, menjaga integritas pribadi dan benar - benar menjaga kepercayaan masyarakat. Selain itu, juga tetap dituntut untuk bisa bekerja sama dalam satu kelompok dan membina hubungan dengan kolega yang didasarkan pada integritas dan rasa hormat. Perempuan harus mampu menyelesaikan tugas yang dibebankan padanya dan harus menjadi pemimpin dalam arti yang sesungguhnya.
Persoalnnya, mengapa perempuan sulit sekali menggapai kekuasaan ? Jawabannya sangat sederhana. Stereotip perempuan tradisional tidak mengenal kekuasaan. Kefemininan juga tidak memuat ketegaran, keperkasaan, atau ketegasan yang merupakan unsur inti kekuasaan.
Stereotip klasik mengenai perempuan dan kefemininan tidak mencantumkan gagasan kekuasaan, dan meskipun kondisi telah berubah, stereotip tersebut sulit dihilangkan. Gambaran klasikmengenai kefemininan identik dengan kepasrahan, kepatuhan, kesetiaan, kemanjaan, kekanak - kanakan, kesimpatikan, kehangatan, kelembutan, keramahan dan ketidaktegasan. Kekuasaaan sebagai unsur yang paling penting dalam kepemimpinan tidak pernah dicirikan dengan sifat - sifat feminim.
Persoalnnya, mengapa perempuan sulit sekali menggapai kekuasaan ? Jawabannya sangat sederhana. Stereotip perempuan tradisional tidak mengenal kekuasaan. Kefemininan juga tidak memuat ketegaran, keperkasaan, atau ketegasan yang merupakan unsur inti kekuasaan.
Stereotip klasik mengenai perempuan dan kefemininan tidak mencantumkan gagasan kekuasaan, dan meskipun kondisi telah berubah, stereotip tersebut sulit dihilangkan. Gambaran klasikmengenai kefemininan identik dengan kepasrahan, kepatuhan, kesetiaan, kemanjaan, kekanak - kanakan, kesimpatikan, kehangatan, kelembutan, keramahan dan ketidaktegasan. Kekuasaaan sebagai unsur yang paling penting dalam kepemimpinan tidak pernah dicirikan dengan sifat - sifat feminim.
:: Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK)
LONTAR 4 :: Library Automation and Digital Archive