Kinerja satuan reserse kriminal poltabes Palembang dalam penanganan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor
Nama Orang : | Arwin Amrih Wientama |
Subjek : | |
Penerbitan : | Jakarta : PTIK, 2009 |
Bahasa : | none |
Deksipsi Fisik : | xiii, 109 hal.: 28 cm |
Catatan Umum : | |
Lembaga Pemilik : | Perpustakaan STIK |
Lokasi : |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
52-09-095 | TERSEDIA |
52-09-095.pdf :: Unduh
Catatan: Hanya file pdf yang dapat dibaca online
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 34993 |
Kinerja Satuan Reserse Kriminal Poltabes Palembang dalam menekan tingkat pencurian kendaraan bermotor menjadi penunjang keberhasilan tugas-tugas kepolisian dalam memberikan rasa aman dan kenyamanan bagi masyarakat. Sementara dalam membahas kinerja, perlu diperhatikan pada prinsip efektivitas dan efisiensi. Keberhasilan kinerja atau disebut dengan efektivitas bersandar pada output yang dihasilkan dari suatu pekerjaan. Sedangkan efisiensi berdasarkan pada penggunaan
semua surnber daya yang dimiliki organisasi kerja Satreskrir Poltabes Palembang
sebagai input.
Melalui penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif dicoba untuk
rnendeskripsikan fenomena ini yang dikaitkan dengan teori-teori dan konsep-konsep berupa teori struktur sosial dan anomi dari Merton, pendekatan sumber daya yang mencerminkan prinsip efektivitas dan efisiensi dan empat tipe budaya organisasi dari Harrison dalam McKenna. Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum dikaji dengan mengarnbil konsep dari Soerjono Soekanto.
Upaya untuk penanganan tindak pidana curanmor didasari oleh kerawanan curanmor pada hampir seluruh wilayah hukum Poltabes Palembang. Kondisi ini dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor situasi dan kondisi perparkiran yang kurang terkoordinir dan faktor kelalaian masyarakat.
Pencurian kendaraan bermotor di Palembang bukan saja ditujukan pada kendaran yang terparkir, namon juga melalui perampasan kendaraan dengan Cara kekerasan. Kendaraan basil curian sangat jamnng digunakan oleh pelaku, melainkan dijual kepada penadah dengan tujuan untuk mendapatkan rang.
Serangkaian kegiatan telah ditempuh oleh Sat Reskrim Poltabes Palembang untuk menekan tingkat curanmor, seperti dengan care membuat kring scree, patroli, rnencari informasi, melakukan evabrasi, dan koordinasi dengan wartawan rnaupun pelaksanaan razia dengan satuan lain di lingkungan kerja Poltabes Palembang serta sosialisasi yang telah dilakukan kepada masyarakat. Namun basil akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja Sat R.eskrim Poltabes Palembang belum efektif, hal ini dikarenakan penggunaan input dalam bentuk somber daya terlampau efisien akibat banyak keterbatasan, sehingga menimbulkan gangguan terhadap pelaksanaan tugastugas kepolisian. Akibatnya berpengarmh terhadap output yang dihasilkan yakni tidak men an angka curanmrnor di wilayah hukum Poltabes Palembang selama 5 tahun terakhir.
Melihat basil penelitian ini penulis menyarankan agar Sat R.eskrirn Poltabes Palembang beserta jajaranya har-us lebih menekankan pada pemberdayaan masyarakat khususnya melalui pemberian penyuluhan demi meningkaatkan kesadaran masyarakat agar lebih waspada terhadap pane-titian kendaraan bermotor di wilayah hukutnnya.
semua surnber daya yang dimiliki organisasi kerja Satreskrir Poltabes Palembang
sebagai input.
Melalui penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif dicoba untuk
rnendeskripsikan fenomena ini yang dikaitkan dengan teori-teori dan konsep-konsep berupa teori struktur sosial dan anomi dari Merton, pendekatan sumber daya yang mencerminkan prinsip efektivitas dan efisiensi dan empat tipe budaya organisasi dari Harrison dalam McKenna. Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum dikaji dengan mengarnbil konsep dari Soerjono Soekanto.
Upaya untuk penanganan tindak pidana curanmor didasari oleh kerawanan curanmor pada hampir seluruh wilayah hukum Poltabes Palembang. Kondisi ini dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor situasi dan kondisi perparkiran yang kurang terkoordinir dan faktor kelalaian masyarakat.
Pencurian kendaraan bermotor di Palembang bukan saja ditujukan pada kendaran yang terparkir, namon juga melalui perampasan kendaraan dengan Cara kekerasan. Kendaraan basil curian sangat jamnng digunakan oleh pelaku, melainkan dijual kepada penadah dengan tujuan untuk mendapatkan rang.
Serangkaian kegiatan telah ditempuh oleh Sat Reskrim Poltabes Palembang untuk menekan tingkat curanmor, seperti dengan care membuat kring scree, patroli, rnencari informasi, melakukan evabrasi, dan koordinasi dengan wartawan rnaupun pelaksanaan razia dengan satuan lain di lingkungan kerja Poltabes Palembang serta sosialisasi yang telah dilakukan kepada masyarakat. Namun basil akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja Sat R.eskrim Poltabes Palembang belum efektif, hal ini dikarenakan penggunaan input dalam bentuk somber daya terlampau efisien akibat banyak keterbatasan, sehingga menimbulkan gangguan terhadap pelaksanaan tugastugas kepolisian. Akibatnya berpengarmh terhadap output yang dihasilkan yakni tidak men an angka curanmrnor di wilayah hukum Poltabes Palembang selama 5 tahun terakhir.
Melihat basil penelitian ini penulis menyarankan agar Sat R.eskrirn Poltabes Palembang beserta jajaranya har-us lebih menekankan pada pemberdayaan masyarakat khususnya melalui pemberian penyuluhan demi meningkaatkan kesadaran masyarakat agar lebih waspada terhadap pane-titian kendaraan bermotor di wilayah hukutnnya.
:: Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK)
LONTAR 4 :: Library Automation and Digital Archive