Kinerja personel detasemen A Sat Brimobda Selatan dalam menanggulangi aksi unjuk rasa dikota makasar
Nama Orang : | Rentrix Ryaldi Yusuf |
Subjek : | |
Penerbitan : | Jakarta : PTIK, 2009 |
Bahasa : | none |
Deksipsi Fisik : | xi, 92 hal.: 28 cm |
Catatan Umum : | |
Lembaga Pemilik : | Perpustakaan STIK |
Lokasi : |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
52-09-067 | TERSEDIA |
52-09-067.pdf :: Unduh
Catatan: Hanya file pdf yang dapat dibaca online
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 34965 |
Sesuai dengan tugas pokoknya, Detasemen A Satbrimobda Sulsel memiliki kewajiban untuk menanggulangi aksi unjuk rasa yang terjadi di Kota Makassar dengan menggunakan kemampuan PHH yang dimilikinya sesuai dengan Budomlak PHH Brimob. Kinerja personel Detasemen A dalam melaksanakan tugas PHH dipengaruhi oleh perilaku personel yang harms berpedoman pada Kode Etik PHH dan konsignes PHH sehingga dalam melaksanakan tugas menanggulangi aksi unjuk rasa anarkhis di Kota Makassar dapat berjalan dengan baik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian field research. Penulis ingin mengetahui bagaimana kinerja personel Detasemen A Satbrimobda Sulsel dalam menanggulangi aksi unjuk rasa anarkhis di Kota Makassar, dengan melihat dari segi kemampuan personel, pemahaman, penghayatan dan implementasi personel terhadap Kode Etik PITH dan Konsignes PHH, tanggapan masyarakat serta faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja personel Detasemen A dalam menanggulangi aksi unjuk rasa anarkhis di Kota Makassaar.
Dui basil penelitian ditemukan bahwa proses manajemen yang diterapkan di Data semen A sudah cukup baik dalam rangka menyiapkan kekuatan personel untuk melaksanakan tugas. Pola pembinaan personel melalui pendidikan dan latihan sudah dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan. Tingkat pengawasan pimpinan Detasemen A sangat tinggi yang berpengaruh positif untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas. Ada beberapa kendala yang menghambat kinerja personel, seperti motivasi sebagian personel yang rendah, penghayatan terhadap Kode Etik PHH dan Konsignes PHH yang kurang, jumlah personel yang tidak mencukupi sehingga memperlemah kemampuan dan menciptakan peluang terjadinya penyimpangan.
Penulis mengambil kesimpulan bahwa personel Detasemen A memiliki kemampuan yang cukup balk terkait pengetahuan dan keterampilan PHH yang dimiliki oleh personel Detasemen A. Personal Detasemen A memiliki pemahaman dan penghayatan yang balk terhadap Kode Etik PHH dan Konsigesnya, namun masih ada beberapa personel yang belum menghayatinya dengan baik dan benar, sehingga walaupun secara um perilaku personel dalam bertugas sudah balk sebagaimana tanggapan beberapa warga masyarakat di Kota Makassar, namun masih terjadi
pelanggaran terhadap Kode Etik P dan Konsigs esnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja personel Detasemen A secara umum terkait dengan faktor kemampuan, motivasi dan kesempatan yang sating berinteraksi. Penulis memberikan rekomendasi agar dilakukan pembinaan yang intensif untuk meningkatkan pemahaman dan penghayatan terhadap Kode Etik PITH dan Konsignes PM I, pemenuhan jumlah personel sesuai DSPP, pengadaan perumahan dings dan peralatan PHH serta peningkatan keterampilan personel melalui spesialisasi penggunaan alut/alsus PIS.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian field research. Penulis ingin mengetahui bagaimana kinerja personel Detasemen A Satbrimobda Sulsel dalam menanggulangi aksi unjuk rasa anarkhis di Kota Makassar, dengan melihat dari segi kemampuan personel, pemahaman, penghayatan dan implementasi personel terhadap Kode Etik PITH dan Konsignes PHH, tanggapan masyarakat serta faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja personel Detasemen A dalam menanggulangi aksi unjuk rasa anarkhis di Kota Makassaar.
Dui basil penelitian ditemukan bahwa proses manajemen yang diterapkan di Data semen A sudah cukup baik dalam rangka menyiapkan kekuatan personel untuk melaksanakan tugas. Pola pembinaan personel melalui pendidikan dan latihan sudah dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan. Tingkat pengawasan pimpinan Detasemen A sangat tinggi yang berpengaruh positif untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas. Ada beberapa kendala yang menghambat kinerja personel, seperti motivasi sebagian personel yang rendah, penghayatan terhadap Kode Etik PHH dan Konsignes PHH yang kurang, jumlah personel yang tidak mencukupi sehingga memperlemah kemampuan dan menciptakan peluang terjadinya penyimpangan.
Penulis mengambil kesimpulan bahwa personel Detasemen A memiliki kemampuan yang cukup balk terkait pengetahuan dan keterampilan PHH yang dimiliki oleh personel Detasemen A. Personal Detasemen A memiliki pemahaman dan penghayatan yang balk terhadap Kode Etik PHH dan Konsigesnya, namun masih ada beberapa personel yang belum menghayatinya dengan baik dan benar, sehingga walaupun secara um perilaku personel dalam bertugas sudah balk sebagaimana tanggapan beberapa warga masyarakat di Kota Makassar, namun masih terjadi
pelanggaran terhadap Kode Etik P dan Konsigs esnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja personel Detasemen A secara umum terkait dengan faktor kemampuan, motivasi dan kesempatan yang sating berinteraksi. Penulis memberikan rekomendasi agar dilakukan pembinaan yang intensif untuk meningkatkan pemahaman dan penghayatan terhadap Kode Etik PITH dan Konsignes PM I, pemenuhan jumlah personel sesuai DSPP, pengadaan perumahan dings dan peralatan PHH serta peningkatan keterampilan personel melalui spesialisasi penggunaan alut/alsus PIS.
:: Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK)
LONTAR 4 :: Library Automation and Digital Archive