Skripsi STIK-PTIK :: Kembali ::

Implementasi budaya simpatik dalam penanggulangan balapan liar oleh sat lantas Poltabes banda aceh

No. Panggil : 52-09-030
Nama Orang : Andi Kirana
Subjek :
  1. PENANGGULANGAN-POLRI
Penerbitan : Jakarta : PTIK, 2009
Bahasa : none
Deksipsi Fisik : xii, 92 hal.: 28 cm
Catatan Umum :
Lembaga Pemilik : Perpustakaan STIK
Lokasi :
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
52-09-030 52-09-030 TERSEDIA
 52-09-030.pdf
Catatan: Hanya file pdf yang dapat dibaca online
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 34928
Aksi-aksi Balapan Liar di Banda Aceh sudah selayaknya ditertibkan oleh semua pihak terutama pihak kepolisian, berdasarkan pengalaman penulis bertugas pada tahun 2007-2008, aksi balapan liar ditindak dengan cara-cara represif, para pelaku balapan liar ditangkap dan dipukuli oleh petugas. Begitupula masyarakat yang menonton ajang balapan liar juga ditangkap. Namun pada akhir 2008, Poltabes Banda Aceh berupaya mengubah kultur tersebut menjadi budaya simpatik . Budaya simpatik tersebut mengedepankan penindakan tilang terhadap para pelaku balapan liar. Namun sebelum dilakukan penilangan diberikan arahan tentang tindakan pelaku yang meresahkan_
Konsep dan teori yang digunakan adalah: implementasi budaya simpatik, pemeliharaan ketertiban, balapan liar, gangguan lalu lintas, teorideterrence, reintegrative shaming, teori manajemen, konsep koordinasi, faktor faktor yang mempengaruhi penegakan hokum, partisipasi, sosialisasi, konsep conformity dan polisi lalu lintas
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metoce penelitian field research atau penelitian lapangan, dan teknik pengumpulan datan melalui wawancara, telaah dokumen dan observasi. Dalam melakukan analisa data penulis menggunakan tahap reduksi data, sajian data dan tarik kesimpulan_
Fenomena balapan liar sebenarnya bukan hal yang asing lagi untuk masyarakat kota Banda Aceh dan dilakukan sejak setelah bencana Tsunami dan sexing dilakukan pada sore had serta malam minggu Sebelum diterapkannya budaya simpatik yang dilakukan Poltabes Banda Aceh. Fenomena balapan liar terjadi di berbagai tempat, termasuk di Kota Banda Aceh. Dari segi geografis balapan liar sexing terjadi di pusat kota Banda Aceh, terutama di Jalan T Nyak Makam Lampineung, Banda Aceh, hal ini dilakukan di tempat tersebut karena adanya faktor conformity atau penyesuaian did dengan masyarakat dengan cara mengindahkan kaidah dan nilai-nilai masyarakat. Budaya yang diterapkan oieh Sat Lantas adalah upaya simpatik dengan merubah budaya yang sebelumnya sering dilakukan terhadap pelaku balapan liar yakni dengan cara kekerasan dan r emungut bayaran agar pelaku dibebaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah budaya remaja yang masih ingin tampil untuk teman-temanya. Usia remaja yang masih beranjak dewasa masih terkesan labil dan tidak memiliki pendirian yang tetap disamping pergaulan yang membuat para remaja melakukan balapan liar.
Saran, melihat adanya penyebab balapan liar adalah faktor conformity yakni penyesuaian secara sosial dengan pengaruh budaya luar, maka seyogyanya pemerintah daerah dapat mengawasi masuknya budaya yang dapat memotivasi aksi-aksi balapan liar.
:: Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK)
LONTAR 4 :: Library Automation and Digital Archive