Peranan satintelkam Polres Metro Jakarta Pusat dalam mengantisipasi aksi unjuk rasa anarkis
Nama Orang : | Ade Adriansyah Saputra |
Subjek : | |
Penerbitan : | Jakarta : PTIK, 2008 |
Bahasa : | none |
Deksipsi Fisik : | xi, 93 hlm.: 30 cm |
Catatan Umum : | |
Lembaga Pemilik : | Perpustakaan STIK |
Lokasi : |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
51-08-101 | TERSEDIA |
51-08-101.pdf :: Unduh
Catatan: Hanya file pdf yang dapat dibaca online
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 34841 |
Penelitian dilakukan dengan latar belakang situasi anarkhis yang terjadi dalam kegiatan aksi massa. Pada beberapa tahun terakhir ini Unjuk Rasa yang disuarakan sebagai bunga-bunga demokrasi mutai berubah dari makna menyuarakan hati rakyat menjadi satu bentuk kekerasan yang mulai mengganggu ketentraman masyarakat lain yang beraktifitas. Sehingga dengan aksi-aksi kekerasan tersebut penulis ingin mengungkap peranan dari satuan intelkam dalam mengantisipasi aksi anarkhis tersebut.
Penulis menggunakan kepustakaan konseptual teori social defence dari Marc, teori manajemen menurut Sondang P Siagian, teori pencegahan kejahatan yang diungkap oleh J. Junger Tas, Teori Game oleh Emil Sorel, John Von Neumann, dan Anatol Rapoport serta konsep pelayanan Polri secara prima. Dengan menggunakan kerangka berpikir bahwa unsur aksi unjuk rasa, pengamanan, dan upaya penanggulangan memiliki sating keterkaitan.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan pendekatan tersebut, pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan, wawancara dan pemeriksaan dokumen berkaitan dengan peranan intelijen dalam antisipasi aksi massa yang anarkhis, selanjutnya dipaparkan faktor-faktor pendukung sekaligus penghambat yang mempengaruhi kuatitas pelayanan satuan intel Poiri.
Dalam temuan mengenai aksi unjuk rasa tersebut disebutkan bahwa tugas dari Sat Intelkam Polres Metro Jakarta Pusat lebih diutamakan pada upaya-upaya penyusupan terhadap kelompok massa tersebut dengan mencoba menanamkan jaringan. Dan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi adalah kemampuan personal dan anggaran yang tersedia, selain itu upaya untuk pelaksanaan prosedur perijinan yang berguna sebagai informasi awal tetap dipenuhi sesuai ketentuan perundangan.
Pada bagian pembahasan dikupas mengenai sejauh mana peran dari Satuan Intelkam Polres Metro Jakarta Pusat dalam mengantisipasi aksi anarkhis yang terjadi dan apakah sudah sesuai dengan konsep teori yang digunakan. Serta bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam tugas satuan intelkam untuk mengendalikan situasi yang terjadi dalam aksi unjuk rasa yang berubah menjadi anarkhis.
Pada bagian penutup, kesimpulan yang dihasilkan adalah sudah sejauh apa peranan dari Satuan Intelkam Polres Metro Jakarta Pusat dalam hal antisipasi aksi tersebut dan apa hasil yang telah didapatkan dari upaya-upaya Satuan Intelkam tersebut. Saran yang dikemukakan oleh penulis adalah agar upaya-upaya dalam mengantisipasi aksi unjuk rasa berupa penanaman jaringan lebih diarahkan pada saat kegiatan intelijen berjalan pada tahap awal dalam peiaksanaan tugas_ Dalam periode ke depan jaringan yang terbentuk sudah matang dan dapat menjadi basis informasi dalam kegiatan deteksi dini yang dilakukan Poiri.
Penulis menggunakan kepustakaan konseptual teori social defence dari Marc, teori manajemen menurut Sondang P Siagian, teori pencegahan kejahatan yang diungkap oleh J. Junger Tas, Teori Game oleh Emil Sorel, John Von Neumann, dan Anatol Rapoport serta konsep pelayanan Polri secara prima. Dengan menggunakan kerangka berpikir bahwa unsur aksi unjuk rasa, pengamanan, dan upaya penanggulangan memiliki sating keterkaitan.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan pendekatan tersebut, pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan, wawancara dan pemeriksaan dokumen berkaitan dengan peranan intelijen dalam antisipasi aksi massa yang anarkhis, selanjutnya dipaparkan faktor-faktor pendukung sekaligus penghambat yang mempengaruhi kuatitas pelayanan satuan intel Poiri.
Dalam temuan mengenai aksi unjuk rasa tersebut disebutkan bahwa tugas dari Sat Intelkam Polres Metro Jakarta Pusat lebih diutamakan pada upaya-upaya penyusupan terhadap kelompok massa tersebut dengan mencoba menanamkan jaringan. Dan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi adalah kemampuan personal dan anggaran yang tersedia, selain itu upaya untuk pelaksanaan prosedur perijinan yang berguna sebagai informasi awal tetap dipenuhi sesuai ketentuan perundangan.
Pada bagian pembahasan dikupas mengenai sejauh mana peran dari Satuan Intelkam Polres Metro Jakarta Pusat dalam mengantisipasi aksi anarkhis yang terjadi dan apakah sudah sesuai dengan konsep teori yang digunakan. Serta bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam tugas satuan intelkam untuk mengendalikan situasi yang terjadi dalam aksi unjuk rasa yang berubah menjadi anarkhis.
Pada bagian penutup, kesimpulan yang dihasilkan adalah sudah sejauh apa peranan dari Satuan Intelkam Polres Metro Jakarta Pusat dalam hal antisipasi aksi tersebut dan apa hasil yang telah didapatkan dari upaya-upaya Satuan Intelkam tersebut. Saran yang dikemukakan oleh penulis adalah agar upaya-upaya dalam mengantisipasi aksi unjuk rasa berupa penanaman jaringan lebih diarahkan pada saat kegiatan intelijen berjalan pada tahap awal dalam peiaksanaan tugas_ Dalam periode ke depan jaringan yang terbentuk sudah matang dan dapat menjadi basis informasi dalam kegiatan deteksi dini yang dilakukan Poiri.
:: Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK)
LONTAR 4 :: Library Automation and Digital Archive