Abstrak
Pasca rezim orde baru, kepemimpinan politik dan birokrasi nasional nyaris ditempati dan dipegang oleh figur inteligensia cendekiawan-Muslim sebagai aktor kunci dalam pemerintahan transisi menuju reformasi. Jauh sebelum itu, figur cendekiawan muslim (tradisional dan moderal) nyaris terpinggirkan oleh politik kekuasaan otoritarianistis.