Abstrak
Dalam buku Seri Sundalana nomor ini sejumlah penulis dan peneliti membahas keadaan ekosistim Tatar Sunda dewasa ini. Mereka diundang untuk menulis sebagai bagian dari upaya kolektif untuk memahami seluk beluk dan rincian ancaman kerusakan lingkungan Tatar Sunda seraya memikirkan langkah - langkah ke arah konservasinya. Memenuhi undangan tersebut, Sobirin membeberkan kerusakan kawasan hutan dan kandungan airnya. Kerusakan yang tak kalah memprihatinkannya juga dialami oleh kawasan kars, sebagaimana yang dipaparkan oleh ahli geologi Budi Brahmantyo. Sementara dari sudut pandang geografi T. Bactiar mengamati seluk beluk keadaan alam di kawasan Cekungan Bandung, khususnya yang berkaitan dengan riwayat Danau Bandung Purba. Adapun ahli biologi Johan Iskandar memaparkan gejala berkurangnya spesies burung di Jawa Barat. Sementara Igan S. Sutawidjaja membahas peluang - peluang pengembangan kawasan bekas letusan Gunung Galunggung sebagai daerah tujuan wisata, dalam kaitannya dengan upaya kolektif untuk bangkit dari puing - puing kerusakan alam hayati. Sebagai tambahannya disajikan pula esai perihal seni dan kerajinan menenun sebagaimana yang tercermin dari khasanah mitologis dalam kebudayaan Sunda, yang ditulis oleh Alit Djajasoebrata. Sementara sastrawan Ajip Rosidi meninjau sebuah buku karya Edwin Juriens. Selain itu disajikan pula transkripsi dan terjemahan atas naskah Sunda Kuna, Carita Ratu Pakuan, suntingan filolog Undang A. Darsa.