Abstrak
Peristiwa semburan lumpur panas Lapindo yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006, menyebabkan terganggunya jalur transportasi darat di jalan Raya Porong, salah satunya dalam bentuk kemacetan ialu lintas. Hingga saat ini semburan lumpur masih belum mampu diatasi, sehingga kemacetan masih terus terjadi. Atas kondisi itulah maka dibutuhkan adanya penanganan kemacetan oleh Satuan Lalu Lintas Polres Sidoarjo, dalam mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas bagi masyarakat. Terkait dengan hal ini maka permasalahan yang dibahas adalah, gambaran kondisi kemacetan di lokasi semburan lumpur Lapindo atau jalan Raya Porong, upaya penanganan kemacetan oleh Satuan Lalu Lintas Polres Sidoarjo dan faktor yang mempengaruhinya. Adapun teori dan kosep yang digunakan adalah Teori Manajemen Operasional Rutin (Kunarto), Teori Peran (Biddle dan Thomas), Teori SWOT (Salusu), konsep peran, satuan lantas, Polres Sidoarjo, menangani, kemacetan, lalu lintas, bencana, dan lumpur. Pendekatan yang digunakan adalah secara kualitatif dengan metode penelitian field research. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, pengamatan dan studi dokumen, dan dianalisis dengan reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini pertama menggambarkan bahwa kemacetan lalu lintas di jalan Raya Porong disebabkan terputusnya akses jalan Tol Sidoarjo - Gempol terjadinya penutupan jalan oleh masyarakat, kondisi jalan rusak, adanya keberadaan pedagang kaki lima, kendaraan yang putar balik (U-Turn) dipersimpangan jalan dan kendaraan yang mogok di tengah jalan. Hasil penelitian kedua menggambarkan bahwa upaya yang dilakukan satuan lalu lintas dalam menangani kemacetan lalu lintas di jalan Raya Porong adalah dengan mengalihkan kendaraan ke sejumlah jalur alternatif, memasang baliho sebagai petunjuk pengalihan arus kendaraan, pemasangan rambu petunjuk arah dan spanduk, rekayasa lalu lintas, dan kegiatan Dikmas Lantas. eksternal mendukung adalah adanya aturan hukum, peran LSM dan koordinasi dengan BPLS. Sedangkan faktor penghambat belum optimalnya koordinasi dengan pemerintah daerah, dinas pekerjaan umum, dinas perhubungan, dan sikap masyarakat yang menutup jalan. Kesimpulan dalam penulisan skripsi ini adalah kemacetan di jalan Raya Porong masih terjadi hingga saat ini, upaya satuan lalu lintas berjalan sesuai prosedur walaupun kemacetan masih terus terjadi, dan ketiga adanya faktor yang mempengaruhi. Sedangkan saran agar pimpinan meningkatkan koordinasi dengan dinas pekerjaan umum dalam menangani jalan rusak, pemerintah daerah dalam hal relokasi pasar, menyediakan mobil derek dan mengikutsertakan anggota satuan lalu lintas untuk kegiatan pendidikan kejuruan. Hasil penelitian ketiga menggambarkan bahwa faktor internal yang mendukung adalah penambahan jumlah personil dan perencanaan tugas, sedangkan penghambat sarana berupa mobil derek yang tidak memadai.