Abstrak
Reformasi terhadap kultural, struktural maupun instrumental yang dilakukan Polri dilaksanakan secara bertahap dengan Grand Strategi Polri 2005-2025. Grand Stategi ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu trust building, partnership building dan strive for exelence. Untuk tercapainya Grang Stategi Polri ini, Kapolri merumuskan suatu kebijakan yang disebut tiga program akselerasi yang salah satunya adalah Performance Quality Improvements. Dalam Performance Quality Improvements, terdapat tiga hal yang menjadi fokus perhatian dimana salah satunya adalah peningkatan kualitas kinerja. Salah satu fokus perhatian pada peningkatan kualitas kinerja adalah percepatan transformasi kultural karena dianggap sebagai nerve centre bagi peningkatan kualitas kinerja Polri. Salah satu hal yang dilaksanakan oleh Polri adalah membangun kemampuan kepemimpinan yang kuat untuk memberikan teladan bagi bawahannya. Kepemimpinan memang merupakan hal yang panting sebab kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi anggota untuk keberhasilan Grand Strategi Polri. Hal ini juga dilaksanakan di Polresta Bukittinggi khususnya Sat. Reskrim yang merupakan kesatuan operasional. Perilaku pemimpin diharapkan dapat mempengaruhi motivasi kerja anggota Sat. Reskrim Polresta Bukittinggi Dalam Path-Goal Theory oleh Evans dan kemudian dikembangkan oleh Robert House membagi perilaku pemimpin menjadi 4 (empat) yaitu direktif, suportif, partisipatif dan berorientasi pada prestasi merupakan variabel babas (X), sedangkan motivasi kerja yang terdapat pada teori ERG oleh Clayton Alderfer merupakan variabel terikat pada penelitian ini. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian survey. Sampel yang diambil sebanyak 59 orang anggota Sat. Reskrim Polresta. Bukittinggi. _Analisa, .data_dengan. menggunakan _statistik_ meliputi uji validitas (menggunakan rumus Koefisien Korelasi Pearson), uji realibilitas (menggunakan rumus Alpa Cronbach's) dan dilanjutkan dengan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian didapatkan bahwa perilaku pemimpin kesatuan wilayah secara bersama-sama secara signifikan mempengaruhi motivasi kerja anggota Sat. Reskrim Polresta Bukittinggi, namun pada saat perilaku pemimpin tersebut dipecah dan berdiri sendiri-sendiri, hanya perilaku pemimpin yang berorientasi pada prestasi yang signifikan mempengaruhi motivasi kerja anggota Sat. Reskrim Polresta Bukittinggi, sedangkan untuk perilaku pemimpin yang direktif, suportif dan partisipatif tidak signifikan mempengaruhi motivasi kerja anggota Sat. Reskrim Polresta Bukittinggi tersebut