Abstrak
Melalui penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif dicoba untuk mendeskripsikan fenomena tentang aksi premanisme beserta penanggulangannya yang dikaitkan dengan teori-teori dan konsep-konsep berupa teori struktur sosial dan anomie dari Robert K. Merton, serta beberapa konsep tentang premanisme, Turjavvaii, dan konsep faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum dati Soerjono Soekanto, Hasil penelitian menunjnnkkan bahwa hampir di setiap Polsek yang ada di wilayah hukum Polres Metro Jakarta Barat memiliki kerawanan terhadap aksi premanisme dan Janis kerawanan aksi premanisme di wilayah hukurn Polres Metro Jakarta Barat berupa penodongan, penjambretan, membawa senjata tajam, Pak Ogah, parlkir liar, pengemis, pengamen, perjudian, mabuk-mabukan, perrkelahian, meinbuat onar di lingkungan dan lain sebagaitiya. Sedangkan upaya yang ditempu Satuan Samapta Pokes Metro Jakarta Barat untuk menanggulangi aksi premanisme dilakukan melalui dua kegiatan, yakni: penjagaan dan patroli dengan lebih banyak memberdayakan peran dari Satuan Samapta Polsek. Para pelaku yang tertangkap dari hasil kegiatan dibedakan menjadi dua macam. Apabila pelaku melakukan tindakan menyimpang akan dimasukkan ke dalam sel selama satu hari dan dilepas kembali dengan sebelumnya diberi nasehat untuk tidak mengulangi kembali perbuatannya. Sedangkan untuk tingkat kriminal, akan dilimpahkan kasusnya kepada Satuan Reserse Kriminal untuk diproses sesuai hukum yang berlaku. Hasil dari pelaksanaan kedua kegiatan ini selama kurun empat tahun terakhir telah menunjukkan adanya penurunan tingkat perilaku menyimpang serta tindakan kriminal yang terjadi di seluruh wilayah hukum Polres Metro Jakarta Barat: faktor-faktor yang mempengaruhi penanggulangan premanisme bersumber pada beberapa faktor, yakni koordinasi dengan Satuan Samapta Polsek, kondisi kendaraan operasional yang sangat layak pakai, dukungan dari Satuan Reserse Kriminal Pokes Metro Jakarta Barat dan adanya partisipasi masyarakat yang melaporkan adanya tindak premanisme. Sedangkan sebagai faktor penghambat berasal dari keterbatasan jumlah personal, subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), keterbatasan sarana kom i, masih minimnya sarana penerangan jalan dan masih tingginya tingkat penggangguran. Melihat hasil penelitian ini penulis menyararikan agar disediakan keterbatasan sarana dan fasilitas untuk Unit Pa-troll dan butuhnya penyediaan sarana penerangan dari instansi terkait.