Abstrak
Setiap organisasi mernbutuhkan seorang pemimpin untuk membawa organisasinya mencapai tujuan, demikian juga dengan organisasi Polri agar tujuan organisasi tercapai, dibutuhkan pemimpin yang mengerti serta mampu membawa kesatuan kearah pencapaian tujuan organisasi yaitu menciptakan keadaan aman, tertib, terkendali dapat memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat. Menjadikan keteladanan bagi anggota atau bawahan yang dipimpinnya serta memiliki beberapa kemampuan antara lain kemampuan kepemimpinan, perencanaan, pengambilan keputusan, pengawasan dan pengendalian bagi anggota kesatuan yang dipimpinnya.
Skripsi ini menggali tentang beberapa peran Gaya Kepemimpinan Danki Dalmas PHH Dalam Pengendalian Unjuk Rasa (Studi Kasus Pengendalian Unjuk Rasa Mahasiswa Unas Oleh Polres Metro Jakarta Selatan). Penelitian ini dengan pendekatan kualitatif, dilengkapi dengan sumber data/ informasi (data primer dan data sekunder). Teknik pengumpulan data dalam skripsi ini dengan pengamatan/observasi, wawancara dan pemeriksaan dokumen. Kemudian didukung dengan analisa data (reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini untuk mengetahui secara mendalam tentang peran gaya kepemimpinan Danki Dalmas PHH, penerapan gaya kepemimpinan tersebut, faktor yang mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan terhadap anggotanya dalam pengendalian unjuk rasa mahasiswa Unas Jakarta.
Dari hasil penelitian menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan Danki dalam Pengendalian Unjuk Rasa dengan gaya kepemimpinan Situasional, dengan membimbing, mengarahkan, memberikan semangat, kesiapan sarana dan prasarana dalam pengendalian unjuk rasa. Gaya kepemimpinan tersebut diharapkan dapat membawa Polri kearah perubahan dan kemajuan, menghilangkan sikap arogan dan militeristik, sesuai reformasi kultural ditubuh Polri. Dalam penerapan gaya kepemimpinannya Danki rnenerapkan kepemimpinan situasional hal tersebut didasarkan pada analisis terhadap situasi yang dihadapi. Sedangkan faktor yang mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan Danki terhadap anggotanya adanya faktor penghambat dan pendukung. Seyogyanya dalam pengendalian unjuk rasa, satuan samapta memiliki kemampuan, komunikasi dan negosiasi, hukum dan per UU an. Menjunjung tinggi HAM, responsif dan inovatif, bersikap manusiawi, tegas, tugas dan kerja sama sebagai pengayom, pelayan, pelindung, masyarakat, sehingga unjuk rasa akan berjaian aman, tertib dan terkendali.