Abstrak
Salah satu tugas Kompi 2 Detasemen C Satuan II Pelopor Brimob adalah menanggulangi unjuk rasa anarkis yang terjadi di DKI Jakarta.. Namun seringkali anggota Brimob tidak melakukan tugasnya sesuai prosedur, seperti menggunakan kekerasan kepada pengunjuk rasa. Atas dasar inilah maka penulis tertarik membahas mengenai gambaran umum unjuk rasa anarkis yang terjadi di DKI Jakarta, upaya penanggulangan oleh Kompi 2, dan faktor yang mempengaruhi balk secara internal maupun eksternal. Dalam penulisan skripsi ini digunakan Teori manajemen, Analisa SWOT, Konsep kultur, Konsep penanggulangan, Konsep anarkis, dan Konsep Brimob Polri. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah secara kualitatif dengan metode penelitian study kasus. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, pengamatan dan studi dokumen. Data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis dengan reduksi data, sajian data dan kesimpulan. Penelitian tentang penanggulangan unjuk rasa anarkis oleh Kompi 2 Detasemen C secara umum dilaksanakan di lingkungan Sat II Pelopor khususnya di Kompi 2 Detacemen C yang pelaksanaannya di mulai pada tanggal 11 - 25 Maret 2009. Hasil dari penelitian ini menggambarkan bahwa unjuk rasa anarkis seringkali terjadi di DKI Jakarta, dan disebabkan oleh beberapa faktor, pertama adalah karakteristik masyarakat yang bersifat kritis dan demokratis, kedua Ietak DKI Jakarta yang strategis, sebagai pusat bisnis maupun pemerintahan,ketiga adanya peran provokator yang rnenghasut massa demonstran. Dalam menanggulangi aksi unjuk rasa anarkis, Kompi 2 Detasemen C Satuan II Pelopor melakukan langkah-langkah proses manajemen mencakup perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, pengendalian dan penilaian. Namun dalam pelaksanaannya belum menunjukkan hasil yang maksimal. Faktor internal yang mempengaruhi penanggulangan aksi unjuk rasa anarkis oleh Kompi 2 Detasemen C Satuan II Pelopor adalah adanya aturan hukum, kemampuan yang sudah memadai dari personil dan kekosongan jabatan Danton oleh perwira, koordinasi yang lemah dengan satuan wilayah dan sarana serta prasarana yang mendukung. Sedangkan secara eksternal faktor yang mempengaruhi adalah perilaku dari para pengunjuk rasa yang tidak tidak kooperatif terhadap aparat , sehingga mernancing timbulnya perilaku kekerasan oleh anggota Kompi 2 Detasemen C Satuan II Pelopor, dalam menanggulangi terjadinya aksi unjuk rasa tersebut. Saran yang diberikan adalah pengajuan kebutuhan personil yang berpangkat PAMA atau dberikan prioritas bagi anggota Korps Brimob berpangkat bintara yang berpotensi guna mengikuti pendidikan Sekolah Calon Perwira (Secapa), melakukan sosialisasi kepada para kasatwil tentang pendayagunaan kekuatan Brimob, agar diadakan penelitian sejenis mengenai koordinasi antara Satuan Brimob dengan Satuan wilayah, memberikan penghargaan kepada satuan PHH yang telah berhasil melaksanakan tugasnya.