Abstrak
Dalam proses pelayanan Polsek kepada masyarakat sangat dipengaruhi oleh peran seorang kapolsek yang memimpim anggotanya. Masyarakat sebagai konsumen penerima pelayanan dari Polri akan selalu menilai semua tindakan Polri. Disini masyarakat akan menilai peranan kapolsek dalam membawa anggotanya untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Berdasarkan hal ini di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti bagaimana persepsi masyarakat tentang sosok kapolsek yang service oriented. Kota Bandung dipilih sebagai tempat penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa wilayah kota Bandung dihuni oleh penduduk yang cukup heterogen latar belakang etnis, pendidikan, sosial ekonomi dan yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat kota Bandung terhadap kapolsek yang service oriented, dilihat dari aspek primordialnya ( agama, jenis kelamin, latar pendidikan Polri, usia, etnis). Dibatasi pada aspek primordial tersebut karena aspek ini yang mudah terlihat dan diketahui oleh masyarakat, sehingga mudah untuk didapatkan keterangan dari masyarakat, sehingga mudah untuk didapatkan keterangan dari masyarakat yang menilai. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey. Untuk mencari data, penulis menyebarkan kuesioner kepada responden dipilih dari sebagian populasi warga kota Bandung sebanyak 200 responden dengan menggunakan teknik accidental sampling. Data yang didapat berupa data nominal. Data yang didapat menggambarkan frekuensi persepsi masyarakat pada Kapolsek yang service oriented. Persepsi masyarakat tersebut ditabelsilangkan dengan beberapa kategori responden sebagai variabel kontrol. Hasil perolehan data menggambarkan masyarakat kota Bandung berpersepsi bahwa kapolsek yang service oriented tidak ditentukan oleh agama, jenis kelamin dan etnisnya. Kapolsek yang service oriented berusia 31-40 tahun serta berasal dari lulusan Akpol. Dengan melihat hasil dari penelitian ini, maka kiranya dapat menjadi pertimbangan bagi pimpinan Polri di daerah yang mempunyai karakteristik hampir sdama dengan Bandung yang moderat, dalam mengambil keputusan penempatan sorang Kapolsek, agar tidak mempermasalahkan aspek primodial. Dan juga agar memberikan kesempatan lebih luas kepada perwira Polri Wanita (Polwan) menduduki jabatan kapolsek karena penerimaan masyarakat cukup positip terhadap kapolsek yang berasal dari Polwan.