Abstrak

Bagian dari fungsi kepolisian yaitu Korps Brigade Mobil dengan kemampuan khusus disamping kemampuan dasar kepolisian yaitu kemampuan Penjinakan Bahan Peledak (Jihandak), kemampuan Perlawanan Teroris (Wanteror), kemampuan Penanggulangan Huru Nara (PHH), kemampuan Reserse Mobil (Resmob), dan kemampuan Search And Rescue (SAR). Dengan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota Brigade Mobil yang sesuai untuk membantu menangani para korban bencana baik yang disebabkan alam maupun manusia adalah kemampuan SAR (Search And Rescue). Pada dasamya seluruh anggota Brimob Satuan II Pelopor mempunyai kemampuan SAR yang diajarkan di lembaga pendidikan dasar Brimob Watukosek, Pasuruan Sawa Timur. Setelah memasuki Satuan II Pelopor Iebih disibukkan oleh tugas yang mengharuskan kemampuan Wanteror ke daerah konflik, tidak banyak anggota Brimob yang dapat memelihara kemampuan SAR. Berdasarkan temuan data yang diperoleh, penulis menganalisa dengan menggunakan teori-teori pada tinjauan keputakaan sehingga terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan penerapan teori-teori tersebut diangkat oleh penulis.

Implementasi manajemen pelatihan SAR bagi anggota Satuan II Pelopor pada dasarnya berpedoman pada program kerja. Suatu program yang dilaksanakan dapat berhasil dengan batik apabila dalam pelaksanaannya mendapat dukungan clan berbagai pihak serta ada semangat dari personal yang melaksanakannya. Selama pelaksanaan pelatihan apabila terdapat hal yang tidak sesuai dengan yang direncanakan maka dapat dijadikan sebagai bahan analisa dan evaluasi. Materi pelatihan yang disampaikan oleh Tim SAR Delta yang telah bersertifikasi Basamas dapat menjadi acuan perbandingan materi SAR yang telah ada. Kendala-kendala yang ditemui ketika pelaksanaan tersebut menjadi bahan analisa untuk pelaporan setelah kegiatan tersebut dilaksanakan dan kembali ke Satuan II Pelopor. Adapun faktor-faktor yang menghambat dalam manajemen pelatihan SAR anggota Satuan II Pelopor yaitu tidak tersedianya peralatan dan perlengkapan SAR secara lengkap, tingkat kedisiplinan peserta pelatihan SAR, keterlambatan kendaraan dalam mendukung pelatihan SAR, tingkat pengasaan materi SAR serta peristiwa mendadak yang mengharuskan personal mengikuti kegiatan tersebut.

Dengan munculnya berbagai hambatan dalam manajemen pelatihan SAR bagi anggota Satuan II Pelopor, maka diperlukan langkah-langkah yang tepat untuk menanggulanginya.