Abstrak

Penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan tentang Peran Satuan Brimob Polda Bali dalam Penanganan Aksi Teror Bom Bali II. Yang dimaksud peran dalam konteks penelitian ini adalah peran kesatuan dikaitkan dengan deskripsi tugas organisasi Polri yang diemban oleh Satuan Brimob Polda Bali dalam menangani aksi teror yang terjadi di Bali yang dikenal dengan Bom Bali II. Implementasi kinerja Satuan Brimob Polda Bali adalah terjun langsung di areal peledakan (TKP) sesuai fungsinya dengan mengerahkan segala kemampuan individu personil Brimob.

Permasalahan penelitian yang dilangsungkan ini mendeskripsikan pelaksanaan peran Satuan Brimob Polda Bali dalam menangani aksi teror Bom Bali II, kemudian identifikasi hambatan yang mempengaruhi kinerja Satuan Brimob Polda Bali dalam menangani aksi teror Bom Bali II, dan yang terakhir adalah upaya Satuan Brimob Polda Bali untuk mengatasi hambatan dalam menangani aksi teror Bom Bali II.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif terhadap masalah yang dihadapi. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini selain penelitian kepustakaan sebagai data sekunder, pengamatan, serta juga menggunakan teknik wawancara mendalam dan tidak terstruktur dimana setiap orang berpeluang menjadi sumber informasi dan penelitian dokumen. Pengamatan dan wawancara mendalam dilakukan pada obyek penelitian yaitu Satuan Brimob Polda Bali. Sedangkan teori atau konsep yang dioperasikan sebagai pisau analisis diantaranya Teori Peran (Biddle & Thomas), Manajemen Operasional Polri (MOP), Teori Koordinasi, dan beberapa konsep pendukung.

Hasil penelitian yang dianalisis dan dibahas merupakan kesimpulan dari penelitian ini. Peran Satuan Brimob Polda Bali ditunjukkan dengan kegiatart pengamanan TKP peledakan Bom, menyisir lokasi yang dimungkinkan masih terdapat Bom aktif (sterilisasi), pengumpulan barang bukti, mencari saksi hidup, disamping menolong korban. Sedangkan faktor yang mempengaruhi teridentifikasi diantaranya dari internal organisasi misalkan personil, materiil (sarana dan prasarana), anggaran, dan metode. Sedangkan dari eksternal adalah persepsi masyarakat terhadap kinerja Satuan Brimob Polda Bali. Persepsi ini berkait dengan patroli Brimob berseragam yang ditengarai sebagai salah satu penyebab menurunnya jumlah wisatawan yang datang karena menganggap wilayah tidak aman. Disamping itu masalah pranata lokal yang menganggap bahwa setelah peledakan Bom Bali I dilakukan penyucian lokasi ledakan Bom ball I dengan persembahyangan maka gangguan teror Bom tidak akan terjadi lagi. Fungsi intelijen satuan wilayah (ekstemal Satuan Brimob Polda Bali) kurang peka terhadap ancaman atau gerakan teroris serta pemahaman terhadap TPTKP yang belum optimal. Sedangkan saran atau rekomendasi pada penelitian ini adalah peningkatan kemampuan individu pada fungsi-fungsi teknis pada organisasi Brimob.