Abstrak
Aksi teror dalam bentuk bom dengan kekuatan dahsyat, mulai muncul di bali, 12 oktober 2002. Aksi-aksi tersebut berlanjut dengan meledaknya bom di JW Marriott 5 Agustus 2003, bom kuningan 9 september 2004, dan bom bali II yang terjadi pada 1 Oktober 2005. Ratusan nyawa melayang, ribuan orang kehilangan sanak keluarganya. Bom-bom yang meledak dengan kekuatan dahsyat tersebut memakan korban masyarakat sipil yang tak berdosa, dan tak punya urusan dengan para pengebom. Ada pelaku, ada aktor intelektual. Para pelaku pengeboman tentu saja ikut tewas, karena aksi-aksi tersebut masuk dalam kategori bombunuh diri, Jika para pelaku bom bunuh diri ikut tewas, tidak demikian dengan aktor intelektual. Duaorang asal negeri jiran, Malaysia, Dr. Azahari dan Noor Din Mohd Top, adalah tersangka dengan status sebagai aktor inteletualnya. Azahari sebagai seniman bom, sedangkan Noor Din adalag perekrut untuk aksi-aksi bom bunuh diri. Dr. Azahari tewas dalam suatu penggerebekan di sebuah rumah di kota Batu Jawa Timur, 9 Nopember 2005. Tewasnya Azahari ikut menyusutkan kekuatan kelompok pengebom. Tapi, itu bukan berarti ancaman sudah tak ada lagi. Masih ada Noor Din yang terus merekrut para pemuda untuk dijadikan pelaku bom bunub diri. Kewapadaan dan kerja sama kita sebagai anggota masyarakat berperan besar dalam mencegah aksi-aksi teror dalam berbagai bentuknya.