Abstrak
Yasadipura II adalah salah satu pujangga besar Keraton Surakarta yang hidup di tahun 1760-1845 M. Ia seorang pujangga keraton yang pernah menjadi satri di pesantren Tegalsari , Ponorogo dan keturunan Jaka Tingkir (Sultan Adiwijaya, Raja Pajang). Dari keluarganya tampillah pujangga-pujangga jawa yang terkenal, seperti Yasadipura I (sang ayah) dan Raden Ngabehi Ranggawarsita (Sang cucu). Buku ijtihad Progresif Yasadipura II dalam Akulturasi Islam dengan Budaya Jawa ini mengupasn wujud akulturasi budaya yang digagas oleh Yasadipura II dalam Serat Sasanasunu untuk menyinergikan ajaran Islam yang berdasarkan tauhid dengan tradisi jawa keraton yang banyak bernuasa klenik. Misalanya dalam menyikapi keberadaan keris, Yasadipura II menyatakan bahwa orang yang percaya bahwa keris mempunyai roh dikatakan sebagai musyrik, satu pernyataan yang sama dengan pernyataan seorang santri. Bahkan lebih jauh lagi, Yasadipura II membolehkan keris dijual atau digadaikan untuk menjamu/menghormati sorang tamu. Pernyataan keras juga dia kemukakan terhadap ramalan nasib yang berdasarkan wuku(pawukon), salah satu kepercayaan Jawa tentang adanya hari baik dan buruk yang banyak tersebr di masyarakat, yang diakui keakuratannya. Sebagai sorang pujangga-santri, dalam akulturasi budaya Jawa dengan Islam, Yasadipura II juga tidak jarang merasakan dilema dan mengalami pergumulan pemikiran. Buku ini menawarkan cakrawala baru tentang hubungan Islam dengan budaya Jawa. Yang lebih penting lagi, buku ini akan membuktikan bahwa di antara penghuni keraton, ada bangsawan yang berpegang teguh pada ajaran Islam yang lurus, dan berani menentang arus kemusyrikan.