Abstrak
Polisi hidup dengan berbagai aturan. Kepolisian mempunyai pedoman tertulis dan tidak tertulis, termasuk untuk menerima sesuatu yang gratis, diskon, sogokan atau "kebaikan hati" seseorang. Seperti penduduk biasa, Polisi berbeda dengan ahli ekonomi, Polisi tidak membuat pilihan menurut kalkulasi rasional mengenai nilai ekonomi komparatif. Sebagian besar polisi merasa nyaman dan mensosialisasikan norma dengan sesama anggota polisi lainnya. Polisi sebagian lagi lebih suka menghadiri pesta yang diselenggarakan bersama dengan anggota polisi lainnya, dimana minum-minum dan mabuk-mabukan dapat terjadi tanpa rasa takut atas hinaan atau celaan warga sipil. Petugas tidak mempercayai orang lain-khususnya setiap orang yang bukan anggota polisi. " Mereka tahu publik secara umum membenci otoritasnya. Tidak dipungkiri bahwa walaupun Polisi dipandang secara skeptif oleh orang luar, tetapi Polisi acapkali mengidentifikasikan dirinya sebagai kekuatan moral yang produktif dari mereka yang akan berbuat brutal dan mengorbankan warga masyarakat yang tidak berdosa. Orang yang tertarik dengan kegiatan Polisi tidak melihat dirinya sebagai seorang yang suka menggertak dan literatur kegiatan Polisi juga tidak menyatakan mereka yang tertarik dengan kegiatan Polisi adalah orang yang mempunyai kepribadian yang otoritarian. Sekali berada di dalam, maka perilaku, persepsi dan nilai petugas Polisi baru akan dipengaruhi sebagian besar oleh para atasan dan di dalam Departemen Keplisian pandangannya tentang realitas yang ada dan peran Polisi di dalam realita tersebut akan berkembang. Yang pasti, rutinitas pelaksanaan tugas Polisi diatur sebagian besar oleh tekanan sejawatnya baik melalui tindakan mapun pengabdian. Kepala Kepolisian merupakan arsitek utama perilaku petugas polisi di lapangan. Hal ini terjadi, karena kekuatan dan arahan tekanan teman sejawat di tingkat lapangan pada akahirnya ditentukan oleh definisi administrasi tentang pelaksanaan tugas Polisi yang baik dan buruk dan menurut irama umum yang datang dari puncak pimpinan. Ketika administrasi lemah atau terlalu jauh realitas di lapanagn seperti pada saat Kepala kepolisian berpura-pura bahwa peraturan yang keras dan cepat dapat mengatur perilaku bawahannya- maka hal iyu akan ditolak oleh petugas Polisi di lapangan. Sehingga mereka realitasnya menggunakan kekerasan yang berlebihan. Brutalitas Polisi, selain mempunyai hubungan kausal dengan budaya sendiri, tidak mungkin dilepaskan dari internal management dalam tubuh kepolisian. Keterbatasan alokasi dana untuk pendidikan dan juga operasi mempunyai dampak yang signifikan dengan kinerja Polisi. Untuk meningkatkan kepercayaan publik, diperlukan aparat Kepolisian yang sungguh-sungguh committed pada keinginan untuk mencapai Supremasi yang Berkeadilan.