Abstrak
Seni membaca wajah sudah dikenal sejak dulu, dari zaman Tiongkok kuno, Yunani kuno, dan Romawi kuno. Seni membaca wajah ini dikenal dengan nama Fisiognomi. Fisiognomi pertama kali disusun secara sistematis oleh Aristoteles. Dia mempelajari dan menafsirkan berbagai sifat dan karakter manusia melalui berbagai bentuk wajah, warna rambut, anggota badan, dan suara. Diantara filsuf klasik Latin yang melakukan praktik fisiognomi adalah Juvenal, Suetonius, dan Pliny the Elder. Wajah orang memberikan banyak informasi yang berharga mengenai manusia, termasuk sifat dasar, karakter, dan kesehatannya. Seni membaca wajah diperkenalkan pertama kali oleh filsuf Gui-GuTze yang hidup di sekitar tahun 481-221 SM. Bukunya, Xiang Bian Wei Mang, sampai sekarang masih tetap digunakan dan dipelajari secara serius oleh para pelajar fisiognomi. Seni pembacaan wajah ala Cina cukup rumit, karena mengklasifikasikan bentuk-bentuk wajah secara individual dengan menilai warna, ukuran, serta kecacatan-kecacatan atau tanda-tanda tertentu pada area wajah yang dibagi menjadi 108 area. Wajah cantik atau tampan bukan jaminan pemiliknya memiliki sifat yang positif. Sebaliknya, wajah yang buruk bukan berarti menunjukkan pemiliknya memiliki sifat yang buruk juga. Karena itu, kecantikan atau ketampanan seseorang harus dinilai dengan mempertimbangkan semua bagian-bagian tubuh secara bersamaan, sedang sifat baik dan buruk dinilai dari seluruh ucapan dan tindak tanduknya. Sifat, watak, dan kebiasaan seorang perempuan berbeda dengan laki-laki. Ciri wajah mereka menunjukkan karakter-karakter tertentu. Lihatlah wajah secara keseluruhan, mulailah dengan menafsirkan lima ciri yang paling menonjol. Kemudian, tambahkan ciri lainnya saat analisis, sehingga menjadi lebih lengkap dan terperinci. Penafsiran bagian per bagian yang dirangkum menjadi satu kesatuan akan memberikan penafsiran yang lebih objektif.